Mechanical EngineeringMechanical Engineeringhttp://repository.president.ac.id/xmlui/handle/123456789/172024-03-28T20:39:33Z2024-03-28T20:39:33ZDESIGN OF RUBBER SEPARATION TOOLS WITH STEEL WIRE ON STEEL BELT SCRAP USING PNEUMATIC POWERGunawan, Teguhhttp://repository.president.ac.id/xmlui/handle/123456789/114292023-05-23T03:07:31Z2019-01-01T00:00:00ZDESIGN OF RUBBER SEPARATION TOOLS WITH STEEL WIRE ON STEEL BELT SCRAP USING PNEUMATIC POWER
Gunawan, Teguh
This thesis discusses the design of a rubber separator with steel wire use pneumatic power to recycle scrap belts. In this design using pneumatic power as a driver. Pneumatic are chosen because they are cheaper, simpler, and cleaner. This design aims to accelerate doing scrap steel belt recoup so that rubber can be recycled again. Rubber separator with steel wire is needed to accelerate the disposal of scarp material and recycle the compound. Rubber separator with steel wire uses pneumatic power and is made manually to facilitate the operator when operating the tool. In this design an analysis of the forces that occur and calculating the strength of the construction is carried out. From the results of analysis and calculations with safety factors (safety factors) shows that the tool is safe to use. So that the tool can be said to be safe against the forces that work. The operator simply shifts the pneumatic hand valve on cylinders A and B to separate the rubber and rubber from the steel wire.
2019-01-01T00:00:00ZANALISA KEGAGALAN POROS A001 MATERIAL S50C PADA SISTEM TRANSMISI MESIN FINE BORINGSEPTIADI, RISKIhttp://repository.president.ac.id/xmlui/handle/123456789/114282023-05-23T02:52:20Z2017-01-01T00:00:00ZANALISA KEGAGALAN POROS A001 MATERIAL S50C PADA SISTEM TRANSMISI MESIN FINE BORING
SEPTIADI, RISKI
Analisa kegagalan yang disebabkan karena terjadinya kegagalan pada
poros sistem transmisi mesin fine boring dengan material poros berupa S50C
dengan standar JIS G 4051. Analisa kegagalan pada poros untuk mengetahui
penyebab dan proses terjadinya kegagalan dilakukan dengan pengamatan
makroskopik terhadap poros yang mengalami kegagalan, pengamatan
fraktografi pada bagian permukaan patahan, pengamatan struktur mikro pada
potongan poros, pengujian komposisi kimia terhadap material poros,
pengujian kekerasan dengan standar JIS Z 2255 pada area patahan, pengujian
tarik dengan standar JIS Z 2201 menggunakan spesiment yang diambil dari
spare part poros yang telah mengalami kegagalan. Pada komponen sistem
transmisi yang berupa roda gigi, bantalan dan pasak dilakukan perhitungan
mekanik untuk menganalisa desain dari komponen.
Dari pengamatan, pengujian dan perhitungan yang dilakukan
ditemukan awal terjadi patahan terdapat pada sudut dari rumah pasak
kemudian terjadi perambatan retakan sehingga terjadi patah. Patah yang
terjadi pada poros merupakan patah lelah dengan tipe patah ductile dimana
poros mengalami deformasi plastis sebelum terjadi retak, kemudian
dilanjutkan dengan mulai terjadinya awal retakan dan diteruskan dengan
perambatan retakan hingga terjadinya patah. Penyimpangan yang terjadi
berdasarkan perhitungan mekanik dari desain terdapat pada pasak dan rumah
pasak yang tidak sesuai tengan standar JIS B 1301- Key Slot untuk poros
dengan diameter 25 mm, sehingga terjadi kegagalan akibat konsentrasi
tegangan pada sudut rumah pasak.
2017-01-01T00:00:00ZRANCANG BANGUN dan REKAYASA CONTROL TEMPERATUR pada ALAT UJI SALT SPRAY CHAMBERHARTO, AGUS SUBANDIhttp://repository.president.ac.id/xmlui/handle/123456789/114262023-05-23T02:34:24Z2017-01-01T00:00:00ZRANCANG BANGUN dan REKAYASA CONTROL TEMPERATUR pada ALAT UJI SALT SPRAY CHAMBER
HARTO, AGUS SUBANDI
Salt spray test merupakan salah satu pengujian laju korosi dengan menggunakan larutan yang korosif dalam ruangan tertutup sehingga benda uji akan mengalami korosi dalam waktu yang lebih singkat. Diperlukan sistem kendali untuk mengontrol temperatur pada saturation tower dan salt spray chamber. PID dengan methode tuning Ziegler-Nichols digunakan pada perancangan alat salt spray chamber tersebut. Sistem ini dikendalikan oleh temperature control dengan mengolah sinyal input yang dihasilkan oleh sensor termokopel. Temperatur yang dikontrol pada saturation tower adalah 47 ℃±2 ℃ dan pada salt spray chamber adalah 35 ℃±2 ℃, mengacu pada standar ASTM B117-09. Dari hasil pengujian untuk saturation tower di dapat nilai Kp=2.0 , Ti=274 dan Td=56 dengan error steady state 1.915% , temperatur yang terkontrol adalah 46.7 ℃ ~ 47.9 ℃ dan untuk salt spray chamber di dapat nilai Kp=1.1, Ti=391 dan Td=82 dengan error steady state 0.571%, temperatur yang terkontrol adalah 34.8 ℃ ~ 35.2 ℃. Hal ini menunjukkan bahwa sistem kendali yang dirancang mampu mengendalikan temperatur pada saturation tower dan pada salt spray chamber.
2017-01-01T00:00:00ZRANCANG BANGUN DAN PENENTUAN PARAMETER FLUIDA SERTA DIMENSI NOZZLE UNTUK MENDAPATKAN PENGABUTAN YANG OPTIMAL PADA ALAT UJI SALT SPRAY CHAMBERWAHYUDIhttp://repository.president.ac.id/xmlui/handle/123456789/114252023-05-23T02:22:37Z2017-01-01T00:00:00ZRANCANG BANGUN DAN PENENTUAN PARAMETER FLUIDA SERTA DIMENSI NOZZLE UNTUK MENDAPATKAN PENGABUTAN YANG OPTIMAL PADA ALAT UJI SALT SPRAY CHAMBER
WAHYUDI
Korosi mengakibatkan banyak kerugian dalam bidang industri. Akan tetapi proses terjadinya korosi tidak dapat dihindari karena berlangsung secara alamiah. Hal ini mendorong dilakukannya pengujian ketahanan material terhadap korosi. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan perancangan alat uji korosi salt spray chamber sesuai dengan standar ASTM B 117-09 dan JIS Z 2371.
Salah satu metode pengujian ketahanan terhadap korosi adalah dengan alat uji salt spray chamber. Metode pengujian dengan salt spray chamber adalah metode pengujian dengan larutan yang korosif dalam suatu ruangan tertutup sehingga benda uji mengalami korosi dalam waktu yang lebih cepat. Komponen utama dari salt spray chamber adalah spray chamber, air saturated tower, salt solution tank, temperature controller, atomizer (nozzle spray) dan compressor. Prinsip kerja salt spray chamber adalah semprotan campuran udara dengan larutan garam melalui nozzle, dimana campuran terjadi di luar nozzle (external mix) dalam suatu ruangan tertutup (chamber). Udara yang digunakan diatur tekanan dan temperaturnya pada tangki saturasi. Penempatan larutan garam ditampung pada tangki larutan garam, selanjutnya dialirkan menuju reservoir. Temperatur chamber diatur untuk mendapatkan temperatur yang sesuai dengan standar acuan.
Dari perancangan alat uji salt spray chamber didapatkan spesifikasi standar acuan yaitu tekanan angin saturasi yang dipakai sebesar 0.8-1.2 bar pada temperatur 46-49°C. Semprotan nozzle yang dihasilkan adalah 1.0-1.5 ml pada luasan area 80 cm2 tiap jam. Sedangkan pada standar ASTM B 117-09, tekanan saturasi yang dipakai diantara 0.83-1.24 bar pada temperatur 46-49°C dan semprotan yang dihasilkan diantara 0.5-2.0 ml pada luasan area 80cm2 tiap jam.
2017-01-01T00:00:00Z