Abstract:
Para intelektual kritis, bersatulah! Kita semua melihat kekejaman rezim Zionis selama puluhan
tahun itu yang dilakukan terhadap bangsa Palestina yang tidak berdosa. Kita melihat berbagai
macam serangan ke pusat kesehatan, pendidikan dan tempat ibadah atas nama memburu kaum
radikal. Kita semua melihat bagaimana seluruh dunia di masa kini banyak yang mendukung
Palestina untuk menjadi negara berdaulat, tetapi itu semua masih angan-angan dan jalan yang
panjang jika warisan kolonialitas kekuasaan yang disebut Quijano masih hidup di dalam sistem
sosial kemasyarakatan kita. Dalam peta Palestina kita pun melihat wilayahnya semakin sempit,
karena penjajahan Zionis yang dilegalkan oleh Barat, kita dapat melihat dengan jelas
bagaimana eskalasi peperangan meningkat tiap harinya. Akan tetapi kita tidak melihat siapa
sebenarnya di balik itu semua. Kita tidak sadar, di balik terbunuhnya anak-anak Palestina ada
negara kolonial yang dahulu membuka ruang pertumpahan darah itu melalui deklarasi Balfour
di tahun 1917. Sepertinya merekalah yang juga harus bertanggung jawab atas kehancuran abadi
akibat perang di tanah para Nabi, Palestina. Tulisan ini membuka ruang dialog yang selama ini
terlihat tertutup juga tersembunyi dalam barisan perang antar manusia di tanah milik Palestina.
Sampai saat ini, kita hanya sibuk menunjukkan sikap dukungan dan mengarahkan telunjuk kita
serta menyalahkan semuanya ke rezim Zionis itu. Kita hanya berpikir tentang kejamnya rezim
Zionis, tetapi melupakan aktor yang membuka kisah pertumpahan darah itu di masa lampau.
Jejak kolonialisme masih terasa hingga hari ini, mereka mengatur kekuasaan dengan cara
pandangnya sendiri melalui jalur ilmu pengetahuan yang dianggap netral, dan kita yang berada
di Timur dipaksa mengikutinya.