Abstract:
Permasalahan defect produksi merupakan salah satu faktor penyebab biaya produksi meningkat. Defect produksi yang tidak sesuai dengan yang telah ditargetkan berpengaruh pada daya saing perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kegagalan kegagalan proses produksi CLIP R1 berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi dan memberikan usulan perbaikan sehingga proses produksi menjadi lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) sebagai dasar prioritas perbaikan. Berdasarkan hasil FMEA diketahui bahwa produksi Burry & Short dan produk NG terpacking saat pemeriksaan oleh operator merupakan jenis kegagalan yang mempunyai nilai RPN yang paling tinggi (336). Perbaikan produksi Burry & Short dengan cara menetapkan pemakaian mesin A1 & C2, pergantian komponen dan membuat standar maintenance mold (overhaul) dan mengajukan repair mold ke IRC. Perbaikan pada produk NG saat pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pengecekan nomor urut, pemisahan produk NG dan Ok serta pemeriksaan setiap 1/2 hari ganti model. Prioritas perbaikan ini mampu menurunkan tingkat defect dibawah 1% sesuai dengan target perusahaan. Pemilihan metode FMEA efektif memperbaiki proses produksi berdasarkan prioritas perbaikan sesuai dengan hasil RPN.