Abstract:
Hubungan aliansi antara Filipina dengan USA semakin renggang setelah adanya kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte untuk bekerjasama dengan China dan Russia dalam rangka meningkatkan ekonomi Filipina. Namun China telah mengklaim bahwa daerah Spratly merupakan bagian dari kekuasaan mereka di Laut China Selatan dan menurunkan militer mereka disana tanpa adanya izin terlebih dahulu kepada Filipina. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon Filipina terhadap militer China di Laut Cina Selatan terutama di Spratly Region dalam mempertahankan teritori Filipina. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil literature dari berbagai sumber yaitu website pemerintah resmi dan berita yang beredar di internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di bawah Pemerintahan Presiden Duterte, Filipina sedang mengupayakan kerjasama dengan China untuk meningkatkan perekonomiannya dan meningkatkan kedamaian dengan mereka. Selain itu, Filipina juga tidak meninggalkan Amerika Serikat sebagai sekutunya dan terus memperkuat militernya untuk mempertahankan wilayahnya.